Monday, April 22, 2013

Gaung Islam di Kota Madrid

Oleh Afriza Hanifa

Meski minoritas, umat Muslim bisa nyaman beribadah.

Menyebut Madrid, mungkin yang langsung teringat di benak ialah klub sepak bola raksasa Real Madrid. Klub yang menaungi pemain Muslim ternama Mesut Oezil ini memang amat terkenal tak hanya di Spanyol, tapi seluruh dunia. Oezil hanyalah satu dari banyaknya kaum Muslim yang tinggal di Kota Madrid, kota terluas di Spanyol. Sejak abad kesembilan, Islam memang telah datang ke Spanyol. Inilah pintu gerbang bagi Islam masuk ke Eropa. Tak heran jika Islam amat berkembang di Negara Matador tersebut.

Meski Madrid telah ada sejak zaman prasejarah, Ibu Kota Spanyol ini baru memasuki era sejarah ketika kedatangan Musliminin. Di bawah kepemimpinan Muhammad I (850-866), Musliminin bergerak dari Cordoba ke Madrid. Seperti diketahui, kekhalifahan Bani Umayyah meluaskan Islam hingga tanah Eropa. Cordoba (Cordova) merupakan titik pertama Musliminin menguasai Barat sebelum kemudian merambah hingga hampir seluruh Andalusia.

Ketika sampai di Madrid, Muhammad I membangun benteng pertahanan di sebuah bukit di tepi kiri Sungai Manzanares. Benteng ini sangat kokoh melindungi Kota Madrid yang ekonominya sangat maju kala itu. Disebutkan pula, sang khalifah juga memerintahkan pembangunan sebuah istana kecil di tempat yang sama yang saat ini ditempati oleh Real Palacio. Di sekitar istana tersebut, dibangun benteng kecil, al-Mudayna.

Nama Madrid pun berasal dari bahasa Arab al-Majrit, yang berarti saluran air. Nama tersebut diambil karena saat itu sistem irigasi Andalusia sangat bagus. Sungai Manzanares menjadi sumber air utama. Al-Majrit, dengan tha' juga bermakna sumber air. Kemudian, nama al-Majrit ini pun menjadi ejaan modern setempat sehingga menjadi Madrid.

Saat Islam berkuasa, banyak pembangunan yang dilakukan. Perekonomian Madrid makin maju. Dengan sumber air yang melimpah, Musliminin pun membangun terowongan tanah untuk irigasi serta dibangun penyediaan air agar air merata ke seluruh wilayah. Selain itu, masih banyak yang ditorehkan umat Islam di kota terbesar ketiga di Eropa tersebut. Namun sayangnya, budaya Islam tak bertahan lama dan tak banyak berbekas saat ini.

Pada 1085, Madrid jatuh ke tangan kristiani. Benteng Madrid ditaklukkan oleh Alfonso VI dari Kastilia. Dia juga mengubah masjid di sana menjadi gereja. Pada 1329, Madrid benar-benar berubah menjadi kota kristiani. Di sana bangsa Yahudi dan Muslimin yang tinggal pada akhir abad ke-15.

sumber: republika

Saturday, March 30, 2013

Jeewan Chanicka : Islam Membuatku Paham Tujuan Hidup

Apa tujuan hidup setiap manusia. Pertanyaan itu selalu mengemuka dalam pikiran Jeewan Chanicka. "Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia hanya untuk mengisi seluruh penjuru bumi," kenang dia, seperti dikutip onislam.net. Selasa (26/3).

Dari pertanyaan itu, Chanicka berusaha keras untuk mencari jawaban. Pencarian itu dimulainya melalui dalam dirinya. Selanjutnya, ia tanya orang-orang di sekitarnya.

Dari sekian banyak pertanyaan, satu jawaban mengemuka, setiap orang memiliki jawabannya sendiri. Kesimpulan itu semakin memotivasinya untuk lebih memahami apa yang dilakukan setiap individu.

Itu pula yang mendorongnya menjalani pencarian spiritual di usianya yang sangat muda. "Saya ingat, perjalanan itu dimulai ketika saya berusia 10 tahun. Memang, saya belum memahami dengan baik, bagaimana parameter pencarian itu," kata dia.

Seiring perjalanan spritualnya, Chanicka banyak dipengaruhi pemahaman keyakinan Hindu dan Kristen, dua agama yang begitu dekat dengannya. Ia mulai mencari tahu bagaimana dasar hubungan satu mahkluk dengan penciptanya.

Pengetahuan yang ia dapat dari kedua agama itu, Tuhan menginginkan manusia untuk menjadi pemimpin. Satu perjalanan itu selanjutnya berakhir pada ajaran Islam.

Pada usia 11 tahun, Chanicka menjadi Muslim. Saat itu, pilihannya sangat bertolak belakang dengan keyakinan
keluarganya. Ia sangat takut dengan reaksi keluarga atas putusannya itu.

Beruntung baginya, keluarga besarnya memahami pilihannya itu. Namun, mereka khawatir keputusannya itu mendekatkan dirinya dengan kelompok militan yang membunuh jiwa-jiwa tak bersalah atas nama Tuhan.

Chanicka butuh tujuh tahun lamanya untuk membuat keluarganya menerima pilihannya itu. Namun, yang membuatnya khawatir justru bukan hal tersebut.
Ia menyadari, menjadi Muslim di era modern bukanlah hal yang mudah. Label kekerasan dan permusuhan melekat dalam stereotip umat Islam. Tapi ia tidak goyah.
Itu karena, sedari awal komitmennya terhadap Allah jauh lebih kuat ketimbang persoalan duniawi yang melekat di sekitarnya.

"Dari awal, saya tegaskan, hidup dan mati saya hanya untuk Allah," kata dia. Sejak menjadi Muslim, ia mulai memahami hakikat pertanyaan yang muncul dalam pemikirannya. Tujuan hidup ini adalah berbakti kepada Pencipta.

Implementasi dari keyakinan ini tidak hanya dalam hubungan manusia dengan Tuhan tetapi juga mencakup hubungan antar manusia.

"Saya percaya, Tuhan menempatkan manusia di bumi untuk memenuhi misi ilahiah. Sebuah misi membela kebenaran dan keadilan bagi semua orang tanpa memandang apakah mereka Muslim atau Yahudi, hitam atau putih, kaya atau miskin," ucapnya.

Itu yang diyakini Chanicka sebagai anugerah dari Tuhan. Baginya, anugerah itu juga menyimpan konsekuensi ia harus menjamin Islam adalah rahmat bagi semesta alam harus sampai ke seluruh umat manusia.

"Saya banyak membaca tentang kisah Rasulullah. Ia seorang manusia biasa dengan kepemimpinan dan komitmen yang kuat. Karakter itu juga terlihat dari karakter Nabi-nabi sebelumnya," kata dia.

Menurut Chanicka, semua Nabi dan orang-orang saleh memiliki pemahaman yang baik tentang hidup. Ini bukan hanya bicara tentang dakwah tetapi juga perubahan. Mereka berdiri untuk kebenaran. Itulah yang mungkin belum dipahami seluruh manusia di bumi.

Pemahaman akan pentingnya perubahan memanggil Chanicka untuk memberikan sumbangsihnya. Ia memilih jalan menjadi guru yang memungkinkan ia membawa perubahan melalui kualitas anak didiknya.

Memang tidak mudah baginya untuk melakukannya. Ada halang rintang mengemuka, tapi ia tak gentar. "Saya berkomitmen untuk menemukan cara bagaimana memberdayakan anak-anak untuk menciptakan lingkungan yang adil dan inklusif," ucapnya.
Tak mau keliru dalam melangkah, Chanicka coba untuk melihat kembali pendidikan yang ia dapat lalu merenungkan kesulitan apa yang dialami gurunya ketika mendidiknya.

Melalui napak tilas itu, Chanicka coba fokus membantu siswa yang melihat kehidupannya dalam kurikulum yang diberikan. "Terlepas dari apa latar belakang mereka, apapun agama yang mereka anut, suara dan pandangan mereka sangat penting," ucapnya.

Hal tersebut yang kemudian diungkapkan Chanicka perlu dilakukan umat Islam. Menurutnya, umat Islam itu lahir dengan karakter yang kuat. Mereka tahu siapa dirinya, apa yang mereka yakini, dan mereka jaga nilai-nilai spiritual dengan baik.

"Kita perlu bekerja keras untuk memahami diri, komunitas dan dunia. Ini yang kemudian mendorong saya untuk melakukan sesuatu ketika Islam diidentikan dengan kebencian," kenangnya.

Ketika mendengar Islam diidentikkan dengan kekerasan, Chanicka selalu menangis. Ia merasa belum melakukan apapun guna membantu masyarakat dunia untuk memandang Islam dalam kacamata yang benar.

"Islam membuat saya mengerti apa tujuan hidup saya. Dengan bantuan Tuhan, saya bisa dan akan melakukan perubahan," kata dia.

Imam Masjidil Haram Persilakan Ust. Yusuf Mansur Jadi Imam


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagaimana pepatah mengatakan, semakin berisi sebatang padi, maka semakin merunduklah ia kebawah. Artinya, semakin berilmu dan beriman seseorang, semakin rendah hati dia.

Itulah  yang tercermin dari sosok Syaikh Saad Al Ghamidi yang tak lain adalah Imam Masjidil Haram dalam kunjungan pertamanya ke Indonesia. 

Sosok rendah hati itulah cerminan pertama yang ditangkap Republika ketika ditemui di penginapannya di Hotel Borobudur Lapangan Banteng Jakarta Pusat, Rabu (27/3) menjelang Shalat Maghrib.

Saat itu, Syaikh Al Ghamidi tampak akrab berbincang-bincang dengan Ustaz Yusuf Mansur dan beberapa tokoh PPPA Daarul Qur'an.

Sembari menunggu beberapa orang lainnya yang tengah berwudlu, Syaikh Al Ghamidi berceloteh kepada Ustadz Yusuf Mansur, "Syaikh Yusuf, silahkan anda nanti yang menjadi imam," pinta Syaikh Ghamidi.

Beberapa tamu yang hadir saat itu melihat kepada Syaikh Ghamidi. Apakah perkataannya barusan hanya sekedar basa-basi atau sungguh-sungguh. Sebab, mana mungkin seorang Syaikh yang mengimami Masjidil Haram kiblatnya umat Islam meminta Ustaz Yusuf Mansur yang menjadi imam?
Yusuf Mansur menolak halus tawaran itu. Tapi sekali lagi Syaikh Ghamidi memintanya dengan nada sungguh-sungguh. "Tidak bisa, anda nanti yang akan jadi imam," pinta Syaikh Ghamidi.

Kedua orang alim tersebut sempat saling tolak-menolak soal siapa nantinya yang akan maju menjadi imam. Akhirnya, karena didukung oleh pengurus PPPA Daarul Qur'an yang hadir, Syaikh Al Ghamidi akhirnya maju mengimami shalat maghrib.

Ia mengimami shalat dengan irama tartilnya yang lembut dan khas. Rakaat pertama ia membaca surat Adh Dluha, sedangkan dirakaat kedua surat Asy Syams.

Dalam ilmu fiqh, seorang yang menjadi tamu memang seyogyanya mendahulukan tuan rumah untuk menjadi imam. Posisi syaikh Al Ghamidi yang sebagai tamu datang ke Indonesia ternyata ia ingat betul. Ia tak merasa lebih layak untuk jadi imam, sekalipun ia adalah Imam Masjidil Haram.

Mualaf - Ismail Sloan : Alquran Menjawab Setiap Pertanyaanku


REPUBLIKA.CO.ID, Ismail Sloam besar dan tumbuh sebagai penganut Protestan. Ia rutin menghadiri kebaktian di Gereja St. John Episcopal, Lynchburg, Virginia.  

Hanya saja selama menjalani rutinitas itu muncul pertanyaan dipikirannya. "Jika Yesus anak Tuhan mengapa ia mati disalib," ujarnya mengenang pemikirannya dulu.

Seiring bertambahnya usia, pertanyaan Sloam kian spesifik dan detail. Ia pun tak ragu untuk bertanya langsung kepada guru sekolah minggu-nya. 

Dengan jawaban yang diberikan, ia tak pernah merasa puas. Lalu, ia memberanikan diri bertanya kepada Uskup Mormon.

Pertanyaan demi pertanyaan mulai terlupakan sampai ia mengunjungi Afganistan. Di negara itu, Sloam untuk kali pertama berinteraksi dengan Muslim. 

Ia sendiri tidak begitu paham tentang Islam. "Saya mulai membaca dan mulai tertarik ketika Alquran punya jawaban atas pertanyaan dirinya," kata dia.

Dari Alquran, ia merasa banyak informasi yang lebih detail konsep hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Alquran juga mengakui kitab-kitab sebelumnya. 

Setelah kunjungan ke Afganistan, Sloam mulai mempelajari Islam. Ia banyak membaca buku. Selama itu, banyak kejutan yang didapatnya, seperti bahwa agama dan teknologi bisa berjalan beriringan. Saat mempelajari Islam pula ia mengetahui bahwa agama itu menganjurkan setiap Muslim untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Cuma, satu hal penting yang mengejutkannya. Islam menyatakan Yesus seorang manusia biasa. Demikian pula dengan Rasulullah Muhammad SAW, yang juga manusia biasa. 

Begitu juga Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi-nabi sebelumnya, mereka manusia biasa. Mereka justru yang mengajarkan risalah ilahi.

Setelah mantap, Sloam mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia bersyukur telah mendapatkan hidayah yang Maha Kuasa untuk menjadi Muslim. Alhamdulillah.

Monday, February 11, 2013

Mengaji Hari Ini : Kebaikan dan kebenaran

Kebaikan Dan Kebenaran, Haruskah Dibela?


Amar ma’ruf nahi munkar merupakan kekhususan dan keistimewaan Ummat Islam yang akan mempengaruhi kemulian Ummat Islam. Sehingga Allah mendahulukan penyebutannya di depan lafal iman dalam firman-Nya,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah Ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imron :110)
Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan Amar ma’ruf nahi munkar ini. Allah berfirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah:71)

Pelaku amar makruf nahi munkar adalah orang yang menunaikan dan melaksanakan fardhu kifayah. Mereka memiliki keistimewaan lebih dari orang yang melaksanakan fardhu ‘ain. Karena pelaku fardhu ‘ain hanya menghilangkan dosa dari dirinya sendiri, sedangkan pelaku fardhu kifayah menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum muslimin seluruhnya. Demikian juga fardhu ‘ain jika ditinggalkan, maka hanya dia saja yang berdosa, sedangkan fardhu kifayah jika ditinggalkan akan berdosa seluruhnya.
Pendapat ini Insya Allah pendapat yang rajih (kuat). Wallahu a’lam.

Hukum Amar Makruf Nahi Munkar Menjadi Fardhu ‘Ain
Amar makruf nahi munkar dapat menjadi fardhu ‘ain, menurut kedua pendapat diatas, apabila :
Pertama. Ditugaskan oleh pemerintah.
Al Mawardi menyatakan,”Sesungguhnya hukum amar makruf nahi munkar fardhu ‘ain dengan perintah penguasa“. (Al Mawardi, Al Ahkam Sulthaniyah, hal.391, dinukil dari Hakikat Amar Ma’ruf Nahi Munkar hal.50).

Kedua. Hanya dia yang mengetahui kema’rufan dan kemunkaran yang terjadi.
An Nawawiy berkata,”Sesungguhnya amar makruf nahi munkar fardhu kifayah. Kemudian menjadi fardhu ‘ain, jika dia berada di tempat yang tidak mengetahuinya kecuali dia“. (An Nawawiy, Syarah Shahih Muslim, 2/23).
Ketiga. Kemampuan amar makruf nahi munkar hanya dimiliki orang tertentu.
Jika kemampuan menegakkan amar makruf nahi munkar terbatas pada sejumlah orang tertentu saja, maka amar makruf nahi munkar menjadi fardhu ‘ain bagi mereka.
An Nawawi berkata,”Terkadang amar makruf nahi munkar menjadi fardhu ‘ain, jika berada di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali dia. Seperti seorang yang melihat istri atau anak atau budaknya berbuat kemunkaran atau tidak berbuat kema’rufan“. (An Nawawiy, Syarah Shahih Muslim, 2/23).


Sunday, February 10, 2013

Mengaji Hari Ini Al Qur'an dan ketetapan hati

Mengaji Hari Ini

Alqur'an

Dibalik gemerlap surga dalam surat Al Waqi'ah
Dibalik Kemudahan Membaca dan menghafalnya

TErnyata kutemukan al Hadiiid dalam kerasnya masalah hidupku, lir ibarat wesi kui keras. aku juga bisa mengalahkan semua musuh musuhku. seperti anganku akan al qowiyyu al matiin, andaianku kaaaf haaa aiiin siiin  kifayatuna. haaa miiim aiiin siiiin qooof himayatuna fasayakfiiika humullahu wahuassami'ul alimm



Selama aku masih setia pada hatiku, aku tak dapat dikalahkan.
Selama matahari masih bersinar, selama itu pula aku akan jaya selama lamanya!

Mengaji Hari Ini

Saturday, February 9, 2013

SEMUA AMAL TERGANTUNG NIATNYA

SEMUA AMAL TERGANTUNG NIATNYA :   H A D I T S 1



H A D I T S 1 simple minded

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ


Imam Ghazali menggaris bawahi apabila keinginan untuk memperoleh dunia lebih besar dari keinginannya untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka orang itu tidak mendapatkan pahala, begitu pula apabila terjadi keseimbangan antara keduanya, ia tetap tidak mendapatkan pahala. Akan tetapi apabila seseorang berniat untuk ibadah dan mencampurnya dengan keinginan selain ibadah yang dapat mengurangi keikhlasan, maka Abu Ja’far bin Jarir Ath-Thabari telah menukil perkataan ulama salaf, bahwa yang harus menjadi tolak ukur adalah niat awal, apabila ia memulai dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka perubahan niat tidak menggugurkan pahalanya. Wallaahu a’lam bish shawab

SEMUA AMAL TERGANTUNG NIATNYA


HADITS PERTAMA Lengkap

 عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ . [رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة] 


 Arti Hadits / ترجمة الحديث : Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

 (Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

 Catatan : Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam. Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais). Pelajaran yang terdapat dalam Hadits / الفوائد من الحديث : Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).

 Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat. Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

SEMUA AMAL TERGANTUNG NIATNYA