Saturday, May 12, 2012

Artikel - Benarkah Cinta Harus Dipelihara?

Oleh Rifki

Sepasang suami-istri yang telah menjalani kehidupan berumah tangga selama sekian tahun. Jalinan cinta keduanya telah dikaruniai seorang anak. Tapi kini, mereka telah resmi bercerai.

Alasannya, karena di antara keduanya sudah tidak ada lagi kecocokan. Padahal sebelum menikah, mereka telah melalui proses pacaran yang cukup lama. Dalam proses tersebut, keduanya menemukan bahwa terdapat kecocokan dan banyak sekali persamaan di antara mereka.

Kemana cinta mereka pergi? Apakah kesalahan mereka? Apakah karena keduanya melakukan proses pacaran terlebih dahulu, di mana pacaran dikategorikan sebagai perbuatan yang mendekati zina, lantas kehidupan rumah tangga mereka menjadi tidak berkah dan berujung sebuah perceraian?

Wallahu a'lam.

Sepasang suami-istri yang lain, mengawali kehidupan rumah tangga mereka tanpa pacaran. Melalui sebuah perkenalan singkat yang dibantu oleh teman serta guru mereka, pernikahan di antara keduanya pun terjadi. Tak ada permainan hati yang terjadi sebelum ijab-qabul diucapkan dihadapan penghulu, para saksi, serta undangan.

Keduanya pun memulai kehidupan baru. Kebahagiaan mereka rasakan. Benih-benih cinta di antara mereka mulai tumbuh.

Namun sayang, beberapa tahun kemudian, keduanya bercerai.

Apa yang salah dengan mereka? Bukankah keduanya telah memulai sesuatu yang baik bernama pernikahan, dengan sesuatu yang baik pula, yaitu tanpa pacaran? Lantas, kenapa perceraian terjadi juga kepada mereka?

Wallahu a'lam.


---ooo0ooo---


Seorang tukang kebun sedang menanam bibit bunga mawar. Pot-pot plastik sudah disiapkan. Ke dalamnya dimasukkan tanah yang telah dicampur dengan pupuk penyubur. Lalu satu-persatu bibit yang telah dipilih dengan kwalitas teribaik dimasukkan ke dalam pot plastik dengan hati-hati.

Setelah semua bibit tertanam, pot-pot plastik dipindahkan ke tempat yang teduh, yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Kemudian tukang kebun tersebut menyiramnya.

Setiap hari tukang kebun tersebut menyiram, memberikan pupuk, serta mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh bersamaan dengan bibit bunga mawar, tujuannya agar bibit bunga mawar tidak terganggu pertumbuhannya.

Hingga akhirnya, bibit bunga mawar tersebut mulai tumbuh dan berbunga. Aroma harum tercium dari setiap bunga mawar yang telah mekar.

Keindahan warna-warni mahkota mawar mengundang kupu-kupu dan kumbang untuk mendekati.

Meskipun sudah tumbuh dan berbunga indah, tukang kebun tersebut tak berhenti menyirami dan memberikan pupuk. Tanah di dalam pot yang sudah berkurang kwalitasnya, diganti dengan yang baru. Semuanya dilakukan karena tukang kebun itu ingin tanaman bunga mawarnya tetap hidup dan indah.

Seperti itukah cinta? Jika demikian adanya, maka cinta harus dipelihara dalam perjalanan hidup setiap rumah tangga.

Namun, menurut Psikolog Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, cinta bukanlah pengikat pernikahan. Cinta hanyalah faktor yang bisa menarik seseorang untuk memutuskan berpasangan.

“Cinta paling lama bertahan tiga tahun, lalu hilang. Sisanya adalah komitmen, kesetiaan, dan tanggung jawab,” ungkap beliau.

Seperti itukah cinta? Jika demikian adanya, maka dalam kehidupan berumah tangga, komitmen, kesetiaan, dan tanggung jawab harus lebih utama untuk dipelihara daripada cinta.

Wallahu a'lam.

dari buku "Jejak-jejak yang Terserak" (Rifki)

No comments:

Post a Comment