Sunday, May 13, 2012

Artikel - Jalan Jihad Sang Dokter

Bersentuhan dengan ranah perang, konflik, dan bencana selama 12 tahun telah memberikan banyak kisah dan hikmah bagi MER-C dan para relawan yang terlibat di berbagai misi kemanusiaannya.

Berawal pada 1999, MER-C mengirimkan relawannya ke Maluku, sebuah wilayah yang saat itu tengah bergejolak akibat konflik SARA. Beranjak dari pengalaman konflik Maluku inilah, organisasi MER-C kemudian lahir dan diresmikan tepatnya pada 14 Agustus 1999 dengan prinsip profesional, netral, mandiri, sukarela, dan mobilitas tinggi.

MER-C selalu berkomitmen untuk membantu sesama manusia tampa memandang perbedaan di antara mereka. Hal ini dibuktikan ketika MER-C mengirimkan relawannya ke Afghanisan, Irak, Iran, Palestina, Lebanon Selatan, Kashmir, Sudan, Filipina Selatan, Thailand Selatan, dan masih banyak lagi.

Begitu juga ketika mengawal kesehatan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir, Ustadz Abu Jibril, almarhumah istri almarhum Panglima GAM Ishak Daud, orang-orang yang dipenjara karena tuduhan "teroris"—almarhum Imam Samudera, Amrozi, Ali Gufron, dan lain-lain—dan narkoba, serta Komjen Pol Susno Duadji.

Dan jika konflik dan bencana begitu identik dengan MER-C, ada satu nama yang saat ini begitu menyatu dengan lembaga ini, yakni Joserizal Jurnalis!

Selepas kuliah, kariernya sebagai dokter dimulai di Puskesmas Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tengah, Padang. Sedangkan di Tual, sekitar 540 kilometer dari kota Ambon, merupakan kawasan konflik yang pertama kali didatangi pada 1999. Setibanya di Tual, tepatnya di depan masjid Al-Hurriyah, Jose bersama koleganya; Syafik dan Basuki langsung bekerja melakukan operasi minor meski dengan segala keterbatasan.

Meja operasinya adalah teras Masjid, tanpa kasur, bahkan alas koran sekalipun. Beberapa kali mereka bekerja di bawah sorotan lampu senter karena aliran listrik sering mati. Pernah, Jose menemukan kasus korban yang tangannya putus terkena bom. Karena tidak ada alat, akhirnya dia menggunakan gergaji kayu untuk operasi tulang. Dia juga terpaksa menggunakan madu sebagai pengganti antibiotik.

Setelah Tual, Jose seperti 'ketagihan' berjihad. Bersama koleganya di MER-C, ia terjun ke Aceh dan Yogyakarta. Bahkan, mereka melanglang buana ke berbagai negara yang dilanda konflik.

Tercatat, tahun 2001 terjun ke Kandahar, Afganistan, 2002 menjadi relawan dalam perang Irak, 2005 menangani korban gempa di Kashmir, Pakistan. Dan tahun 2009 terjun langsung ke "penjara terbesar" di dunia, Gaza Palestina. Atas sumbangan masyarakat Indonesia tim MER-C tengah membangun sebuah rumah sakit. Jika kelak berdiri, RS Indonesia itu akan menjadi RS pertama di Gaza Utara.

Lalu, apa yang membuat seorang Joserizal Jurnalis seakan tak kenal lelah berjihad? Menurut Jose kuncinya, lakukan sesuatu dengan ikhlas. "Dan selalu berusaha lebih keras untuk ikhlas, maka Allah akan mempermudahnya dengan mempertemukan orang-orang yang memiliki gelombang yang sama," ujarnya.

Pengalamannya mempertaruhkan nyawa dengan menandatangani "kontrak kematian" saat memutuskan memasuki kawasan konflik seperti Gaza, akan mampu menginspirasi dan mengobarkan semangat kemanusiaan.

rep. sabili / r

No comments:

Post a Comment